Berita  

Singapura ‘Lumpuh’? Ratusan Restoran Berguguran dalam Sekejap!

Mahadana
Singapura 'Lumpuh'? Ratusan Restoran Berguguran dalam Sekejap!

fixmakassar.com – Ibarat domino yang runtuh berantai, industri kuliner Singapura tengah menghadapi badai besar. Ratusan restoran, termasuk yang legendaris, terpaksa menutup pintunya dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga sewa lahan yang bagai hantu gentayangan menjadi penyebab utama tragedi ini.

Salah satu korban adalah Ka-Soh, restoran Kanton berusia 86 tahun di Greenwood Avenue. Restoran yang telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Singapura ini terpaksa menyajikan sup ikan terakhirnya pada 28 September lalu. Cedric Tang, pemilik generasi ketiga, mengaku sudah berjuang sekuat tenaga, namun takdir berkata lain.

Singapura 'Lumpuh'? Ratusan Restoran Berguguran dalam Sekejap!
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

"Meskipun kami telah bekerja keras selama bertahun-tahun, kami sudah cukup," ujar Tang dengan nada getir. Kenaikan sewa sebesar 30%, atau sekitar Rp 190 juta per bulan, menjadi pukulan telak yang tak mampu dihindari.

Tang menjelaskan, untuk menutupi kenaikan sewa, restorannya harus menjual 300 mangkuk mi kuah ikan tambahan setiap bulan. Target yang sulit dicapai, apalagi dengan kondisi pasar yang semakin kompetitif. Menaikkan harga pun bukan solusi, karena ia ingin tetap menjangkau pelanggan setia yang telah menemani Ka-Soh selama puluhan tahun.

Sebelum Ka-Soh, sejumlah restoran lain juga telah menyerah pada kerasnya persaingan dan mahalnya biaya operasional. Burp Kitchen & Bar, restoran keluarga populer, menjadi salah satu dari 320 restoran yang tutup pada bulan Juli. Jaringan restoran Prive Group juga menutup semua gerainya pada 31 Agustus.

fixmakassar.com – Data menunjukkan, lebih dari 3.000 bisnis F&B tutup pada tahun 2024, atau rata-rata 250 restoran setiap bulan. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam dua dekade terakhir.

Terence Yow, Ketua Asosiasi Penyewa Singapura (SGTUFF), mengungkapkan bahwa kenaikan sewa berkisar antara 20-49%. Kondisi ini membuat banyak restoran kesulitan mengatur arus kas dan akhirnya terpaksa gulung tikar.

Di sisi lain, Ethan Hsu dari Knight Frank Singapura berpendapat bahwa kenaikan sewa diperlukan untuk menyesuaikan dengan harga pasar yang wajar. Ia juga menyoroti kenaikan biaya konstruksi dan pemeliharaan properti yang mencapai 30% dan 10%.

"Banyak orang terpaku pada gagasan tentang pemilik properti yang serakah. Kenyataannya, nilai sewa hanyalah salah satu komponen biaya yang dihadapi penyewa," jelas Hsu.

fixmakassar.com – Fenomena penutupan restoran di Singapura ini menjadi alarm bagi industri kuliner secara global. Persaingan yang ketat, biaya operasional yang tinggi, dan perubahan perilaku konsumen menjadi tantangan yang harus dihadapi para pelaku bisnis F&B agar tidak ikut ‘berguguran’ seperti yang terjadi di Negeri Singa.

Ikuti Kami di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *