fixmakassar.com – Tensi perdagangan antara China dan Amerika Serikat kembali memanas, bagai bara dalam sekam, setelah China menuding kebijakan tarif terbaru yang diterapkan Presiden AS Donald Trump sebagai tindakan yang munafik. Beijing juga membela diri terkait pembatasan ekspor elemen tanah jarang, sumber daya krusial bagi industri teknologi global.
Langkah Trump, yang mengenakan tarif tambahan 100% pada seluruh ekspor China ke AS, merupakan respons terhadap pembatasan ekspor yang diberlakukan China. Sementara itu, China, untuk saat ini, belum mengambil langkah balasan dengan mengenakan tarif baru terhadap produk AS.

Ketegangan yang kembali membara ini mengguncang Wall Street, menekan saham-saham teknologi raksasa, dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan perusahaan asing yang bergantung pada pasokan elemen tanah jarang dari China. Bayang-bayang ketidakpastian juga menghantui rencana pertemuan antara Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada akhir bulan ini.
Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa pembatasan ekspor elemen tanah jarang adalah respons terhadap serangkaian tindakan AS sejak perundingan dagang bilateral di Madrid bulan lalu. Beijing menyoroti keputusan Washington yang memasukkan sejumlah perusahaan China ke daftar hitam perdagangan dan penerapan biaya pelabuhan baru bagi kapal yang terkait dengan China.
"Langkah-langkah ini telah merugikan kepentingan China secara serius dan merusak suasana perundingan ekonomi serta perdagangan bilateral. China menentang keras tindakan tersebut," demikian pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China.
Meskipun demikian, China tidak secara langsung menghubungkan tindakan AS dengan kebijakan pembatasan ekspor mineral penting. Pemerintah China berdalih bahwa kebijakan tersebut didasari kekhawatiran akan potensi penggunaan logam-logam tersebut untuk kepentingan militer di tengah meningkatnya konflik bersenjata di berbagai kawasan.
Berbeda dari sebelumnya, China kali ini menahan diri untuk tidak mengenakan tarif balasan terhadap produk Amerika. Sebelumnya, kedua negara sempat saling menaikkan tarif hingga mencapai 145% di pihak AS dan 125% di pihak China.
"Ancaman untuk menerapkan tarif tinggi secara tiba-tiba bukanlah cara yang tepat dalam berurusan dengan China. Sikap kami terhadap perang tarif selalu konsisten: kami tidak ingin berperang, tetapi kami tidak takut untuk melakukannya," tegas Kementerian Perdagangan China.
Keputusan Beijing untuk tidak langsung merespons langkah Trump kali ini dinilai sebagai upaya membuka ruang negosiasi, sebuah harapan agar ketegangan dagang kedua negara tidak semakin meruncing, dan membuka jalan bagi solusi yang saling menguntungkan.