fixmakassar.com – Perang dagang antara China dan Uni Eropa memasuki babak baru yang menegangkan. Beijing secara resmi memperpanjang penyelidikan anti-subsidi terhadap produk susu impor dari Eropa, menunda keputusan hingga 21 Februari 2026. Keputusan ini, bagai pisau yang digantung di atas kepala, menunjukkan bahwa perselisihan kedua raksasa ekonomi ini masih jauh dari kata selesai.
Kementerian Perdagangan China menyatakan kompleksitas kasus sebagai alasan perpanjangan. Penyelidikan yang menyasar beberapa produk keju, susu, dan krim ini, setelah sebelumnya menghentikan penyelidikan terhadap daging babi Eropa pada Juni 2025, kini menjadi batu sandungan baru. Even Rogers Pay, analis dari Trivium China, mengatakan kepada Reuters bahwa penyelidikan ini, bersama dengan penyelidikan terhadap daging babi Eropa yang juga diperpanjang, menjadi kartu truf penting dalam negosiasi mengenai tarif Uni Eropa untuk kendaraan energi baru China.

Situasi ini seakan menjadi cerminan upaya China untuk meredakan ketegangan dagang dengan AS dan Uni Eropa. Ekspor, mesin pertumbuhan ekonomi China, terancam lesu akibat permintaan domestik yang masih lemah. Ketegangan ini bermula pada 2023, ketika Komisi Eropa memulai penyelidikan anti-subsidi terhadap kendaraan listrik (EV) China, menuding adanya praktek "banjir" ekspor yang disokong pemerintah.
Pada April 2025, sebuah kesepakatan awal tercapai untuk mempertimbangkan penetapan harga minimum kendaraan listrik buatan China. Namun, hingga kini, kesepakatan final belum terwujud. Rogers Pay menambahkan bahwa Beijing masih berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa untuk menyelesaikan serangkaian konflik perdagangan yang ada. Pertanyaannya kini, apakah perpanjangan penyelidikan ini akan menjadi jalan menuju resolusi, atau justru memperburuk situasi yang sudah rapuh? Kita tunggu saja kelanjutannya.