fixmakassar.com – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk meluncurkan strategi ambisius yang siap mengguncang pasar konektivitas serat optik grosir (wholesale fiber connectivity). Raksasa telekomunikasi ini membidik peningkatan pangsa pasar hingga di atas 25% setelah secara resmi memisahkan bisnis dan asetnya ke anak usaha baru, PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) atau yang dikenal sebagai InfraNexia. Sebuah lompatan signifikan dari pangsa pasar 16% yang mereka genggam saat ini.
Direktur Wholesale & International Service Telkom Indonesia, Budi Satria Dharma Purba, menjelaskan bahwa langkah pengalihan aset ini adalah kompas utama untuk mendongkrak efisiensi operasional dan memperkuat daya saing perseroan di kancah domestik. "Saat ini kita market share sekitar 16% dengan pengalihan ke TIF nanti dengan efisiensi dan competitiveness yang akan dibangun, kita berharap bahwa market share itu berada di atas 25%," ungkap Budi dalam konferensi pers yang digelar di The Telkom Hub, Jakarta, Kamis (18/12/2025).

Peningkatan pangsa pasar ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan sebuah jembatan menuju optimalisasi nilai aset infrastruktur yang selama ini mungkin belum tergarap maksimal. Dengan InfraNexia yang kini menjadi jantung baru yang berdetak khusus untuk mengelola bisnis wholesale fiber, Telkom menaruh harapan besar untuk mencapai valuasi di atas Rp 100 triliun. "Harapannya kalau kita bisa drive minimum 25% untuk mencapai valuasi tadi di atas Rp 100 triliun tentunya kalau harapan dan ekspektasi kita lebih dari itu," imbuhnya, menggambarkan optimisme yang membara.
Saat ini, aset InfraNexia pasca-spin-off tahap pertama telah mencapai angka fantastis Rp 35 triliun. Ke depan, proses spin-off ditargetkan rampung hingga 99,99%, membawa total aset InfraNexia melambung hingga sekitar Rp 90 triliun. Namun, meski memiliki "harta karun" yang terbilang besar, Telkom belum mengibarkan bendera Initial Public Offering (IPO) untuk InfraNexia di pasar modal.
Direktur Utama Telkom Indonesia, Dian Siswarini, menegaskan bahwa perseroan belum mengambil keputusan terkait rencana tersebut. Fokus utama saat ini adalah menuntaskan proses spin-off aset wholesale fiber connectivity yang sedang berjalan di tahap pertama, dengan tahap kedua direncanakan pada semester pertama tahun 2026. "Jadi kalau saat ini kami belum mengambil keputusan terkait rencana ya membawa Infranexia ini ke pasar melalui mekanisme IPO karena memang sekarang ini fokus kami masih ke dalam menyelesaikan proses spin off asset wholesale fiber connectivity yang sekarang kami sedang lakukan tahap 1 dan nanti untuk tahap 2 nya di semester pertama tahun 2026," jelas Dian.
Meski demikian, Dian tidak menutup pintu opsi di masa depan. Pintu kemungkinan untuk IPO atau menggandeng mitra strategis tetap terbuka lebar. "Opsi masih terbuka ya, baik itu IPO maupun menggandeng mitra strategis. Karena prioritas saat ini masih memastikan bahwa Infranexia bisa menjadi integritas fiberco yang mumpuni yang bisa membawa pertumbuhan yang lebih tinggi lagi untuk Telkom dan bisa meng-create value terhadap Telkom grup," pungkasnya, menegaskan bahwa langkah strategis ini adalah fondasi kokoh untuk masa depan Telkom Group.






