Berita  

China ‘Main Dua Kaki’? Tetap Impor Kedelai Rusia Meski Janji Beli AS!

Mahadana
China 'Main Dua Kaki'? Tetap Impor Kedelai Rusia Meski Janji Beli AS!

fixmakassar.com – Di tengah riuhnya kesepakatan pembelian jutaan ton kedelai dari Amerika Serikat (AS), China ternyata masih diam-diam menjalin hubungan dagang dengan Rusia. Negeri Tirai Bambu ini tetap mengimpor kedelai dari Rusia, sebuah langkah yang mengindikasikan strategi diversifikasi sumber pangan mereka. Ibarat bermain catur, China tampaknya memiliki beberapa bidak yang siap digerakkan sesuai kondisi.

Kedelai yang diimpor dari Rusia adalah jenis non-GMO (non-Genetically Modified Organism), atau tanpa rekayasa genetika. Kedelai jenis ini umumnya digunakan untuk memproduksi makanan tradisional seperti tahu, susu kedelai, dan kecap yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner China.

 China 'Main Dua Kaki'? Tetap Impor Kedelai Rusia Meski Janji Beli AS!
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

Menurut laporan Reuters, Rusia menduduki peringkat kelima sebagai eksportir kedelai terbesar ke China pada tahun 2024. Musim ini, ekspor kedelai non-GMO dari Rusia ke China diperkirakan mencapai 800 ribu ton.

Kunjungan Menteri Pertanian Rusia, Oksana Lut, ke Beijing baru-baru ini semakin memperkuat indikasi ini. Pertemuannya dengan Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan China, Han Jun, bertujuan untuk memperluas ekspor produk pertanian Rusia ke China. Momen ini bertepatan dengan pengumuman komitmen China untuk membeli 12 juta ton kedelai dari AS.

Perbedaan mendasar terletak pada jenis kedelai yang diimpor dari kedua negara. AS memasok kedelai transgenik atau GMO, yang umumnya digunakan sebagai pakan ternak. Sementara itu, Rusia fokus pada kedelai non-GMO untuk konsumsi manusia.

Rusia sendiri memprediksi panen kedelai tahun ini akan mencapai rekor 9 juta metrik ton, menghasilkan surplus ekspor sekitar 1 juta ton. Kebijakan Rusia yang melarang pertanian berbasis rekayasa genetik sejak 2016 menjadi strategi untuk merebut pangsa pasar pangan non-GMO global yang semakin berkembang. Langkah ini seolah menjadi kartu truf bagi Rusia untuk menarik perhatian konsumen yang semakin peduli dengan kesehatan dan keberlanjutan pangan.

Ikuti Kami di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *