fixmakassar.com – Berita mengejutkan datang dari Sidang Umum PBB. Presiden Prabowo Subianto, dalam pidatonya yang menggema di ruang sidang, mengumumkan capaian monumental Indonesia: swasembada beras! Kabar gembira ini layaknya embun pagi yang menyejukkan di tengah kekhawatiran krisis pangan global. Menteri Luar Negeri Sugiono pun menambahkan, prestasi ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan (SDG) yang dicanangkan PBB.
Strategi ekstensifikasi lahan pertanian menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah, bagai arsitek yang merancang masa depan pangan, terus membuka lahan baru untuk meningkatkan produksi beras. Hasilnya? Cadangan pangan melimpah, swasembada tercapai, dan mimpi menjadi lumbung pangan dunia kini terasa semakin dekat.

"Indonesia berkomitmen untuk mencukupi kebutuhan pangan bangsanya dengan ekstensifikasi lahan pertanian, terutama untuk beras," jelas Sugiono dalam keterangan persnya, Rabu (24/9/2025). Ia menambahkan, Indonesia tak hanya ingin cukup, tetapi juga ingin berbagi berkah. "Targetnya, Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia," tegasnya.
Di hadapan forum internasional, Prabowo mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi dunia: pertumbuhan penduduk yang pesat. Namun, Indonesia, bagai kapal yang mengarungi badai, mengatasi tantangan ini dengan meningkatkan produksi pangan dalam negeri. "Tahun ini, Indonesia mencatat produksi beras dan cadangan gabah tertinggi sepanjang sejarah. Kita telah mencapai swasembada beras dan bahkan mulai mengekspor ke negara lain, termasuk Palestina," ujar Prabowo dengan bangga.
Tak berhenti sampai di situ, Indonesia juga tengah membangun rantai pasok pangan yang tangguh dan meningkatkan produktivitas petani. Investasi di sektor pertanian dan pengelolaan iklim terus digenjot untuk memastikan ketahanan pangan bagi generasi mendatang. "Kami yakin, dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia," kata Prabowo, menutup pidatonya dengan optimisme yang membuncah. Harapannya, Indonesia tak hanya menjadi pemain, tetapi menjadi pemimpin dalam mengatasi krisis pangan global.